“Dalaw”
artinya terlambat bangun pagi. Orang yang terlambat bangun, kehilangan
kesempatan kerja. Berbeda dengan orang yang terlambat bangun karena sakit disebut “balera”. Membangun adalah kata kerja dari kata
dasar “bangun”. Jadi yang dimaksudkan kata “bangun” di sini dalam
konteks pembangunan fisik dan pembangunan Sumber Daya Manusia. Kata
bangun juga dipakai dalam bahasa daerah Ataili tetapi tidak dalam konteks
pembangunan fisik dan SDM melainkan bangun dari tidur. Contoh: No
banguna kei ka artinya apakah dia sudah bangun? Bangu re artinya bangunlah
sekarang. Go rio ara tana bangunna a artinya saya panggil-panggil tapi
dia tidak bangun. Semuanya diartikan dalam konteks bangun dari tidur.
Judul
di atas dalam hubungannya dengan konteks pembangunan fisik, SDM dan juga
bangun dari Tidur yang berkepangjangan.
Mengingat
semua pengertian di atas maka kami menggedor orang Ataili supaya tidak
ketiduran melainkan bangun dari tidurnya yang panjang. Era globalisasi ini
memacuh semangat untuk berlomba-lomba untuk menata kehidupan yang
sejahtera. Setiap saat ada perubahan dan siapa yang tidak beubah dia akan
ketinggalan dalam soal perubahan ilmu dan teknologi. Akankah orang Ataili
bersaing dengan arus globalisasi?
Saya
teringat pesan orang tua (nenek moyang) orang Ataili “dalaw bae” artinya
jangan terlambat bangun. Anda harus cepat bangun, ambil , air, ambil kayu,
hidupkan api, masak air- buat kopi, cari makanan kambing, babi dll. Ini adalah
pekerjaan harian. Ketika matahari semakin panas anda istirahat kerja.
Harus
diakui bahwa untuk sementara kita hanyalah konsumen barang-barang buatan orang
lain. Kita selalu terlambat dalam menciptakan hal-hal yang baru. Kita selalu terlambat bangun (dalawa). Sumber daya
alam cukup menjanjikan, peluang selalu ada, SDM tidak diragukan, sayang bahwa
pemerintah daerah selalu terlambat bangun (dalawa) melirik semua peluang
itu. Program Anggur Merah oleh Gubenur
Frans Lebu Raya belum maksimal. Rakitan program anggur merah tidak mempelajari
kesalahan masa lalu. Konkretnya di Ataili terjadi gagal panen babi, ayam potong,
sapi adalah kesalahan yang tidak dipelajari kembali.
Di
Ataili, setiap tahun menghasilkan berton-ton kacang tanah, belum lagi di daerah
lain. Kacang dijual murah kemudian dibawah ke Surabaya untuk diolah lagi. Mengapa
tidak diolah sendiri di Lembata? Mengapa tidak dibuat pengalengan daging ikan
paus, ikan tembang di labala dll?
Mengapa
tidak dibuat pengalengan minyak ikan
paus dan itu sangat berguna untuk perkembangan otak anak? Tempurung kelapa
melimpa rua tapi pemerintah daerah tak berani mendatangkan seorang infestor
arang di Lembata.
Kita
selalu terlambat bangun dalam bahasa daerah Ataili “dalawa”.
No comments:
Post a Comment