Dalam tradisi Gereja Katolik , “kesombongan” adalah akar dosa dan
kejahatan. Kita ingat akan kisah dalam Kitab Kejadian ketika manusia pertama
jatuh ke dalam dosa. Mereka ingin menjadi seperti Allah dengan makan buah
terlarang tetapi bukannya menyaingi Allah melainkan mendapat hukuman dari
Allah. Kita juga ingat akan kisah pembunuhan Kain dan Habel, kisah menara babel,
semuahnya terjadi hanya karena kesombongan manusia. Kesombongan diartikan dalam
bahasa daerah ataili “kewa weki” artinya manusia mengangungkan dirinya karena
dialah yang paling hebat dari orang lain.
Orang yang rendah hati seharusnya tidak terjadi dengan sikap “kewa
weki” dalam dirinya karena kewa weki adalah suatu kesombongan diri. Orang rendah hati tidak
akan kewa weki, dan juga tidak mengharapkan pujian dari orang lain (ate
kewanga). Kewa Weki juga akan menjadi sebuah persoalan besar dalam hidup
bersama atau hidup bermasyarakat. Akan
menjadi persoalan besar ketika orang
yang suka memelihara sikap “kewa weki” menjalankan tugas pada sebuah posisi jabatan penting. Orang seperti ini tidak akan mendengar
pendapat dan kritikan orang lain karena dialah orang yang terhebat (kewa
weki). Memang sulit bekerjasana dengan orang yang
suka bertekun dengan sikap kewa weki. Orang lain diangap tak bisa berbuat apa-apa selain dia.
Pada saat seperti ini, hasil sebuah pekerjaan hanya dilihat pada sisi
berdasarkan sudut pandang orang yang kewa weki.
Akan menjadi lebih sempurna jika
hasil sebuah pekerjaan dilihat dari berbagai sudut pandang. Sekecil apapun dan
sebodoh-bodohnya manusia, pasti ada
kebenaran dalam sudut pandangnya. Kita hanya memandang dari depan dan biarkan
orang lain memandang dari belakang sehingga ketika kedua sudut pandang ini
dipaduhkan akan menghasilkan kebenaran yang lebih sempurna. Membangun Kabupaten
Lembata tak bisa dengan kewa weki melainkan meramu kembali semua pendapat dan
kritikan dari berbagai sudut pandang
untuk sebuah pembangunan yang berkwalitas.
Mengulang kembali syair Geraldy Tukan “Pai hama-hama Soga Naran Tanah
Lembata, Pai ago soga hama-hama”. Di sana tak ada unsur kewa weki”.......
No comments:
Post a Comment