Bota Bujak

Bota Bujak
Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).

July 2, 2013

“KEWA WEKI” ADALAH AKAR DOSA


Dalam tradisi Gereja Katolik , “kesombongan” adalah akar dosa dan kejahatan. Kita ingat akan kisah dalam Kitab Kejadian ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Mereka ingin menjadi seperti Allah dengan makan buah terlarang tetapi bukannya menyaingi Allah melainkan mendapat hukuman dari Allah. Kita juga ingat akan kisah pembunuhan Kain dan Habel, kisah menara babel, semuahnya terjadi hanya karena kesombongan manusia. Kesombongan diartikan dalam bahasa daerah ataili “kewa weki” artinya manusia mengangungkan dirinya karena dialah yang paling hebat dari orang lain.
Orang yang rendah hati seharusnya tidak terjadi dengan sikap “kewa weki” dalam dirinya karena kewa weki adalah suatu kesombongan diri. Orang rendah hati tidak akan kewa weki, dan juga tidak mengharapkan pujian dari orang lain (ate kewanga). Kewa Weki juga akan menjadi sebuah persoalan besar dalam hidup bersama atau hidup bermasyarakat.  Akan menjadi  persoalan besar ketika orang yang suka memelihara sikap “kewa weki”  menjalankan tugas pada sebuah posisi jabatan penting. Orang seperti ini tidak akan mendengar pendapat dan kritikan orang lain karena dialah orang yang terhebat (kewa weki).  Memang sulit bekerjasana dengan orang yang suka  bertekun dengan sikap kewa weki.  Orang lain  diangap tak bisa berbuat apa-apa selain dia.
Pada saat seperti ini, hasil sebuah pekerjaan hanya dilihat pada sisi berdasarkan sudut pandang orang yang kewa weki.  Akan menjadi  lebih sempurna jika hasil sebuah pekerjaan dilihat dari berbagai sudut pandang. Sekecil apapun dan sebodoh-bodohnya  manusia, pasti ada kebenaran dalam sudut pandangnya. Kita hanya memandang dari depan dan biarkan orang lain memandang dari belakang sehingga ketika kedua sudut pandang ini dipaduhkan akan menghasilkan kebenaran yang lebih sempurna. Membangun Kabupaten Lembata tak bisa dengan kewa weki melainkan meramu kembali semua pendapat dan kritikan  dari berbagai sudut pandang untuk sebuah pembangunan yang berkwalitas.  Mengulang kembali syair Geraldy Tukan “Pai hama-hama Soga Naran Tanah Lembata, Pai ago soga hama-hama”. Di sana tak ada unsur  kewa weki”.......

June 28, 2013

TUHAN MELAMPAU SUPERNATURAL


Hilangnya ibu Maria Yosefin Olin adalah sebuah momentum sejarah yang tak akan terlewati tanpa sebuah refleksi iman. Peristiwa—peristiwa ajaib yang sulit dicerna oleh akal sehat manusia menggiring manusia pada orientasi supranatural. Hampir semua dukun didatangkan untuk mencari ibu Maria Yosefin. Hasilnya tetap abu-abu bahkan semua dukun kembali ke tempatnya masing-masing. Masyarakat seolah-olah angkat tangan dan berpasrah. Tuhan adalah jawaban final ketika manusia tidak berdaya. Saya menghubungi ketua Kelompok Santa Anna dan Santa Maria di kampung Ataili. Mengajak mereka untuk novena kepada Bunda Maria, memohon bantuan agar Ibu Yosefin bisa ditemukan kembali. Mereka menjawab kami telah berkumpul dan berdoa tetapi saya katakan, kita harus mengadakan novena kepada Bunda Maria. Novena berjalan seperti biasanya dan pada novena hari kelima Ibu Maria Yosefin ditemukan kembali. Ia sendiri bejalan menuju kampung Ataili dan bertemu dengan seorang bapak yang hendak ke kebun. Novena harus diteruskan sampai hari ke 9 meskipun ibu Maria Yosefin yang hilang ditemukan kembali. Memang sulit untuk menemukan kunci jawaban sesungguhnya dalam hidup iman seseorang. Di tengah arus globalisasi pasar bebas, cara hidup sekular yang meramba hingga ke desa-desa adalah virus-virus yang sedang menggerogoti hidup iman kita. Paus Emeritus Benediktus XVI telah mendeteksi semua virus tersebut sehingga beliau mengeluarkan Surat Apostolik Porta Fidei dan membuka tahun 2013 sebagai Tahun Iman. Tuhan adalah jawaban final, melampau supernatural. Ia ada sebelum adanya waktu, mengatasi segala yang ada.

“SUSAH TUDAK” SALIBNYA ORANG LAMAHOLOT


Kebahagiaan sukar dicari tetapi penderitaan selalu ada bersama dengan kita. Yesus berkata, "jika anda mau menjadi murid saya, anda harus memikul Salib setiap hari.  Ini adalah konsekuensi pemuridan Kristus. Semua orang pasti mengejar kebahagiaan, tetapi seberapa lama kebahagian itu akan bertahan? Memang sulit diprediksi. Harold S. Kushner menulis bukanya “Derita, Kutuk atau Rahmat” adalah sebuah refleksi pergumulan penderitaan dan imannya menambahkan buku ini dalam deretan  best seller. Hari ini anda beruntung membeli sepeda motor dengan cicilan Rp. 400.000,-sebulan tetapi betapa sukarnya anda harus bekerja keras untuk selalu mendapatkan uang sebanyak Rp. 400.000,- sebulan untuk membayar cicilan tersebut. Hari ini anda bisa bahagia bersenang-senang dengan teman-teman di pasar, minum tuak sampai mabuk seolah-olah dunia adalah milik anda tetapi setelah pulang ke rumah anda langsung dimarahi istri karena uang sayur dan ikan tak ada lagi. Hari Minggu anda tidak ke gereja tetapi ngojek karena bayaran mahal tetapi setelah pulang dari  dari tempat ojek anda jatuh dari sepeda motor sehingga biaya rumah sakit dan pebaikan motor melampau hasil ojek pada hari itu. Ada banyak orang menderita tetapi belum tentu ia tidak bahagia. Kebahagian tidak bisa diukur menurut pandangan mata kita. Selama 2 tahun saya berjumpa dan bergaul dangan para Pemulung. Mereka hidup di bawah tenda-tenda terbuat dari kardus, makan seadanya. Mereka senang dengan pekerjaan itu. Selalu ada rejeki setiap hari meskipun sulit diprediksi. Tidak seperti seorang pegawai Bank,  akhir bulan ia tahu berapa banyak gaji saya. Siapakah yang paling bahagia? Pemulung atau pegawai Bank. 
Orang yang mengalami penderitaan berani dan pandai berbicara mengenai penderitaan. Saya, seorang imam Pasionis belajar tentang spiritualitas penderitaan  dan  saya belum tentu berbicara sesuatu yang benar mengenai penderitaan. Jika saya  belum mengalami penderitaan kemudian  berbicara tentang penderitaan manusia zaman ini, maka  saya hanya gong dan canang yang gemerincing.
Berteriak tentang keadilan, penderitaan, kemiskinan tanpa ada pengalaman akan terasa hambar. Saya bisa katakan, jalan dari  Lewoleba ke Wulandoni jelek tetapi saya tidak pernah melewati jalan itu, hanya mendengar cerita orang. Apa yang saya katakan adalah kebohongan besar  karena tak punya pengalaman mengenai jeleknya jalan itu. Orang yang berbicara sesuai dengan pengalaman akan diperhitungkan sebagai suatu kebenaran tetapi bukan  kebenaran mutlak.

SUSAH TUDAK

“Susah Tudak” artinya orang yang sedang dalam keadaan sedih, duka, derita, sampai tak ada jalan keluar untuk mengatasinya. Ini adalah kesusahan permanen. Harapan satu-satunya adalah Tuhan.  Orang yang hidupnya menghandalkan Tuhan dipuji oleh Yesus karena merekalah yang memiliki Kerajaan Surga. Masyarakat Ataili khususnya dan umumnya masyarakat Lembata-Flores Timur senantiasa mengalami “susah tudak”. Penderitaan adalah bagian hidup mereka. Situasi ekonomi, geografis menjadikan mereka harus bertahan dalam penderitaan. Mereka adalah orang beriman, hanya menghandalkan Tuhan sebagai jawaban atas hidup mereka. Prosesi Bunda Maria, “Tuan Ma” setiap hari Raya Jumat Agung di Larantuka adalah sebuah gambaran prosesi penderitaan masyarakat. Refleksi penderitaan selama setahun penuh diluapkan dalam sebuah prosesi “susah tudak” bersama dengan Bunda Maria.
Sebagai orang beriman dan sebagai manusia modern zaman ini hendaknya menjadikan prosesi “susah tudak” sebagai momentum untuk bangkit dari keterpurukan. Jika kita hanya bertahan pada prosesi “susah tudak”  maka kita  belum bangkit dari keterpurukan itu. Telogi Salib hanya bertahan pada posisinya dan tidak diteruskan pada Teologi Gloria maka sia-sialah iman kita.
Para pemimpin daerah Lembata-Flores Timur harus menyadari bahwa masyarakatnya selama ini berziarah dalam sebuah prosesi “susah tudak”.  Susah tudak karena tak ada  padi dan jagung di lumbung, susah tudak karena tak ada biaya anak sekolah, susah tudak karena atap rumah semakin bocor, susah tudak karena gagal panen. Kabupaten Lembata belum bangkit seutuhnya. Kita masih bertahan pada prosesi susah tudak. Hendaknya pemerintah daerah berusaha bergerak dari prosesi “susah tudak” menuju prosesi “tutu geka”. Orang tertawa dan tersenyum memandang anak-anaknya sebagai karunia yang berharga dan bukan menjadi beban,susah tudak. Hendaknya pemerintah daerah memandang masyarakatnya sebagai berkat dan  bukan konsekuensi  beban, susah tudak sebuah jabatan. 

June 27, 2013

MERANTAU


Merantau dalam bahasa daerah Ataili “melarat”. Kata melarat dalam bahasa Indonesia terkesan negatif yakni orang yang melarat. Saya tidak tahu  mengapa orang Ataili mengartikan kata merantau sama dengan melarat. Misalnya: “Go kai melaratga” artinya saya pergi merantau. Go kai melaratga lau Malaysia artinya saya pergi merantau ke Malaysia. Orang Ataili tidak segan-segan memakai kata melarat karena bagi mereka kata ini mengandung arti positip yakni merantau, dapat uang untuk membangun hidup yang lebih baik. Jadi kata melarat tidak sama dengan orang yang hidupnya melarat, sengsara.
 Merantau  adalah kebiasaan orang Lembata khususnya dan orang NTT pada umumnya. Pertama adalah soal gagal panen. Kedua, lapangan pekerjaan hampir tidak ada, paling-paling mereka yang  bertahan adalah pegawai Negeri Sipil (PNS). Selebihnya masyarakat lebih senang merantau ke Malaysia.
Bapak saya dan adik saya pernah  merantau ke Malaysia Barat (Johor Baru). Mungkin ini adalah pengalaman terburuk dalam hidup mereka. Mereka merantau ke Malaysia tanpa ada sura ijin lengkap. Hidup di Johor sepertinya dikejar-kejar. Jika ada  polisi lewat, mereka harus lari bersembunyi ke semak-semak. Malam hari tak bisa tidur nyenyak karena sewaktu-waktu Polis datang menggelada tempat penginapan. Begitulah suka duka hidup bagi mereka yang tidak memiliki surat ijin resmi.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur membuat praturan baru untuk melindungi tenaga kerjanya di Malaysia. Ini adalah hal yang sangat bagus dan menjadi sebuah langkah yang lebih maju di Kabupaten Flotim. Saya kira Pemda Lembata juga membuat peraturan daerahnya untuk melindungi tenaga kerja asal Lembata di Malaysia. Kita tak bisa membatasi siapapun yang akan merantau ke Malaysia. Memang di sana para perantau bekerja dengan baik untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Selain itu, mereka adalah asset bangsa.
Jika anda ke Yordania maka anda akan menemukan negara yang kering kerontang. Tiga perempat penduduk Yordania menjadi tenaga kerja di luar negeri. Asset pajak tenaga kerja di luar negeri di pakai untuk membangun negara Yordania. Kota Amman indah, jalan-jalan mulus.  Negara kita  belum melirik TKI sebagai asset bangsa....atau......ke mana larinya asset itu ya....

June 26, 2013

REKONSILIASI DALAM TRADISI ORANG ATAILI


Makan bersama adalah bentuk rekonsiliasi  yang paling bagus. Seringkali Yesus  menggunakan cara ini yakni makan bersama. Kita tahu bahwa Yesus makan bersama dengan Zakheus sang pemungut cukai.  Zakheus bertobat hanya karena Yesus datang ke rumahnya dan makan bersama. 
Salah satu bentuk rekonsiliasi dalam tradisi orang Ataili adalah makan bersama, dalam bahasa daerah “mupula tite kluosa we ta polasaka” artinya satukan semua makanan dan mari kita makan bersama. Semua anggota keluarga yang berseteru hadir dan makan bersama. Semuanya dihitung jangan sampai ada yang terlewati. Masing-masing mempunyai senduk. Jika ada anggota keluarga berada di tempat yang jauh juga dihitung dan pasang senduknya. Semua makan pada satu tempat dalam bahasa daerah “skaler”. Tidak memakai piring masing-masing dan makan harus cepat-cepat dan paling bagus kalau saling berebut dalam satu  skaler.  Cara makan cepat-cepat mengingatkan kita pada Paska orang Yahudi ketika mereka makan bersama sebelum keluar dari tanah perbudakan di Mesir karena sebentar lagi Malaikat Maut akan Lewat.
Dalam tradisi orang Ataili ada seorang mediator berbicara sebelum makan. Dia akan berbicara mengenai persoalan yang terjadi di antara kita. Jika ada masalah di antara kita sekarang saatnya kita berdamai dalam bahasa daerah “apuj nusesa wewasa” artinya bersihkan mulut dan lida kita jika kita telah berbuat jahat terhadap orang lain. Berjanji agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang sama. Konsekuensi pelanggaran lebih besar hukumannya. Hukuman bukan membayar adat berupa uang melainkan tanggung jawab moral dalam hidupnya sendiri. Biasanya orang yang melanggar, hidupnya akan selalu menderita. Ini adalah kutukan secara alami dalam tradisi turun temurun. Dia sendiri menghukum dirinya.
Tradisi ini tetap terpeliara dengan baik sejak nenek moyang orang Ataili hingga sekarang.