Bota Bujak

Bota Bujak
Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).

April 29, 2013

ATAILI DAN TANAH SUCI

Tanah Ataili, Lembata

Ataili adalah kampung saya. Di sana saya lahir dan dibesarkan oleh orang tua, kakek, nenek moyang kami.  Saya tahu suka duka hidup di sana. Saya tahu persis perjungan demi perjuangan untuk memperoleh nafkah. Saya tahu daya upaya orang Ataili bertahan hidup di musim pacelik. Makan umbi-umbian dan kacang hutan adalah hal yang sangat biasa pada waktu itu. Ini adalah memorial yang tak terlupakan. Orang Ataili modern tidak tidak tahu betapa sakitnya perjuangan pada zaman itu.  Meskipun sekarang orang Ataili ikut berlomba soal ilmu teknologi komunikasi tetapi kehidupan yang layak belum sempurna.
Pertama  kali menginjakkan kaki di  tanah suci, saya teringat akan kampung halaman saya Ataili.  Ketika itu saya berdiri di atas gunung Nebo, tempat Musa mati dan  dari kejauhan memandang Tanah Suci Israel seperti Musa memandang tanah kanaan dari atas gunung Nebo. Di sana kita akan memandang hamparan tanah gersang sejauh mata memandang. Tak ada kehidupan. Anda tidak akan melihat sebatang rumputpun akan tumbuh disana. Dari gunung Nebo, Yordan  kita akan menurun gunung sampai ke lembah sungai Yordan barulah kita menikmati sedikit pohon hijau di pinggir sungai.  Saya teringat akan kisah panggilan Musa yakni menghantar orang Israel menuju Tanah Kanaan, tanah suci, tanah yang berlimpahkan susu dan madu. Kenyataannya tanah gersang dan mereka hanya menghadalkan sungai Yordan dan Tigris.  Dalam hati, saya membandingkan Tanah suci dengan kampung halaman saya. Tanah Ataili 80% lebih baik dari tanah Suci. Orang Ataili bisa mengerjakan ladang  setiap tahun sedangkan orang Israel mempersiapkan lahannya selama 10 tahun barulah lahan itu ditanami. Jika mereka harus menungguh 10 tahun apa yang  harus dimakan? Sistem pertanian modern terbaik di dunia hanya ada di Israel. Pendidikan terbaik di dunia ada di Israel.  Sistem pendidikan mereka sejak zaman musa yakni “TALMUD”. Di Indonesia setiap tahun ganti kurikulum, maka outputnyapun warna-warni. Amerika ketiggalan 6 langka dalam soal pendidikan
Tanah suci dilihat dari gunung Nebo, Yordania
Benarkah Tanah ini berlimpahkan susu dan madu/kaya raya?. Setelah kami mengunjungi  beberapa tempat di Eropah seperti Roma, Italia, Pizza, Monte Carlo, Monako, Nice, Lourdes, Paris dan Tanah Suci maka anda dapat membedakan menu makanan yang tersedia di Hotel. Orang Israel menyediakan menu  makanan yang paling banyak. Anda akan kebingungan memilih makanan. Ruangan paling luas dan anda bebas mencari menu makanan sesuai dengan selera anda. Sulit membayangkan betapa kaya akan makanan sementara  kita puas memandang tanah gersang di sekitarnya. Pengalaman ini mengingatkan saya bahwa Israel adalah BANGSA PILIHAN ALLAH. Banar janji Tuhan kepada Musa untuk menghantar orang Israel menuju tanah yang berlimpahkan susu dan madu.
Orang Ataili bukan termasuk dalam bangsa Pilihan Allah tetapi orang Ataili Percaya kepada Yesus dari Nazareth itu. Bukan berarti Tuhan tidak berpihak pada kita. Negara kita keliru mengelolah alamnya yang subur. Orang Ataili harus bangkit mengelolah tanah dengan cara baru yang lebih modern agar tanah kita juga berlimpahkan susu dan madu.

VIDEO ASAL USUL ORANG ATAILI


April 26, 2013

PENDIDIKAN, KWODU DAN RASKIN

Nenek Moyang kami, orang Ataili tidak menikmati pendidikan resmi. Alam semesta mendidik mereka secara alami sebagaimana di daerah lain di seluruh Dunia. Pada zaman penjajahan Belanda mereka mengenal Sekolah Rakyat (SR). Satu-satunya sekolah SR hanya ada di Lewuka, sebuah kampung terdekat. Orang Ataili harus turun gunung menuju Lewuka demi mendapat pendidikan formal. Perjalanan cukup jauh sehingga mereka harus membawa bekal. Sekolah SR hanya tiga tahun sehingga selama tiga tahunn mereka harus menyelesaikan pendidikan. Mereka sangat pintar dalam hal menulis indah, membaca dan berhitung. Zaman penjajahan masyarakat sangat menderita. Banyak waktu dihabiskan untuk kerja paksa membuat jalan raya. Masyakat ditindas. Tak kesempatan untuk berladang. Panen selalu gagal karena curah hujan rendah dan banyak hama. Uang tak pernah mereka lihat.  Mereka tidak mengenal pakaian modern. Mereka hanya menghandalkan "kwodu", sarung terbuat dari tenunan buatan sendiri. Kwodu adalah andalan pakaian mereka. Kwodu dipakai setiap hari, pergi sekolah, ke ladang, ke hutan, tidur dan seterusnya melekat di badan. Kwodu buatan nenek moyang orang Ataili sangat kuat hanya jarang dicuci karena selalu melekat di badan.
Akhir tahun 1950an  orang Ataili pindah mulai pindah dan menikmati pendidikan sekolah dasar di Mulankera. Lumayan dari tahun ke Tahun orang Ataili enjoy menikmai pendidikan di sana meskipun harus berjalan 30-45 menit. Anak-anak cukup pintar. Tahun 1980an Orang Ataili membangun sekolahnya sendiri sehingga anak2 tidak harus berjalan setiap hari ke Mulankera. Ketika itu pendidikan mulai maju. Zaman semakin modern, kwodu ditinggalkan. Sejarah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, mencari nafkah untuk kehidupan, membiayai pendidikan anak sungguh sengsara. Tak ada sesuatupun yang bisa diharapkan dari pemerintah. Di mana-mana terlihat rakyat miskin. Sampai saat ini peperintah masih tetap mengirimkan beras raskin ke pelosok tanah air ini. Ini membuktikan bahwa betapa miskinnya rakyat Indonesia. Pemerintah seharusnya malu mengirimkan Raskin kepada masyarakatnya. Pemerintah justru senang mengirimkan Raskin sebagai ajang kampanye kepada masyarakat untuk melanggengkan posisinya sebagai pejabat negara. Kapan kita bebas dari Raskin?????

April 23, 2013

POTRET WAJAH KABUPATEN LEMBATA


Jejaring sosial di internet terutama para facebooker seringkali  pempersoalkan dan memperdebatkan problema masa depan kabupaten Lembata. Anda bisa mengikuti perdebatan ini dengan Joint melalui  group “Ini Baru Lembata”. Sejarah telah mencatat banyak hal mengenai kabupaten ini.  Perjuangan demi perjuangan  para pendahulu telah membuahkan hasil yakni terwujudnya kabupaten Lembata. Hitung-hitung, kabupaten lembata telah berusia 14 tahun.
Peziarahan selama 14 tahun hampir tidak membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan masyarakat Lembata. Otonomi daerah telah digulir untuk membuka harapan baru khusus daerah2 perpencil termasuk Kabupaten Lembata, justru otonomi membuka peluang besar kepada para pejabat publik untuk meraup kekayaan.  Gonjang ganjing pembicaraan para koruptor baik tingkat pusat sampai ke daerah adalah berita yang menyakitkan masyarakat kecil. Banyak urusan pribadi  sampai pada tetek bengek  perjalanan dinas para pejabat publik di kab Lembata sangat disesalkan karena tugas utama membangun Kabupaten Lembata ditelantarkan.  Para pejabat lebih senang laundry pakaiannya di Bali daripada mencuci di kali Waikomo. Kenyataannya memang demikian bahwa banyak orang susah di kampung berjuang habis-habisan untuk membayar pajak dan kemudian dipergunakan  para pejabat hanya untuk jalan-jalan ke Bali, Jakarta, Makasar dengan alasan stuba.
Beberapa kelompok LSM telah bekerja untuk menghambat lajunya kasus korupsi di Lembata belum memuaskan. Berbicara tentang koruptor, korupsi, nepotisme seolah2 barang kramat.  Alergi jika seorang pejabat diisukan meraup uang haram. Memproteksi diri adalah pembelaan yang keliru. Keterbukaan akan membebaskan anda jika anda seorang koruptor.
Begitulah carut marut perkembangan pembangunan kabupaten lembata. Memang tertatih-tatih seperti  orang tua rentah yang sedang dituntun menuju peristirahatan selamanya.  
Seribu satu macam perencanaan pembangunan meguap di mulut kemudian ditelan angin. Yang terjadi Hanyalah sempalan-sempalan proyek siluman buat pelipur lara rakyat kecil padahal menguntungkan para pejabat.  Bupati Yance Sunur  sangatlah diharapkan untuk memulihkan keadaan dengan slogal “Lembata Baru” hanya bualan kosong. Justru hanya memperkeruh suasana sehingga usaha berpikir untuk membangun sebuah Kabupaten terbengkelai.  Bagaimana mungkin seorang bupati memikirkan pembangunan di jalan-jalan.  Manejer yang  baik harus duduk tenang untuk merancang strategi pembangunan. Meskipun ada dana tetapi tidak akan terealisasi  tepat pada sasarannya.  Banyak rakyat telah menghabiskan energi untuk menuntut bupati Yance mundur dari Jabatan. Akankah itu terealisasi. Saya yakin sulit. Bupati harus terbuka terhadap semua kritikan rakyat Lembata.  Mengambil manfaatnya untuk membelokkan Kapal Lembata menuju Lembata Baru sesuai dengan slogan anda.


April 22, 2013

BANGUNLAH DARI TIDURMU


Membangun adalah kata  kerja dari kata dasar “bangun”.  Jadi arti  “ATAILI MEMBANGUN” dalam konteks pembangunan fisik  dan pembangunan Sumber Daya Manusia.  Kata bangun juga dipakai dalam bahasa daerah Ataili tetapi tidak dalam konteks pembangunan fisik dan SDM melainkan bangun dari tidur. Contoh: No banguna kei ka artinya apakah dia sudah bangun? Bangu re artinya. Bangunlah sekarang.  Go rio ara tana bangunna a artinya saya panggil-panggil tapi dia tidak bangun. Semuanya diartikan dalam konteks bangun dari tidur.

Blogger ATAILI, LEMBATA MEMBANGUN  dalam hubungannya dengan pembangunan fisik, SDM dan juga bangun dari Tidur yang berkepangjangan.  Kata Lembata disandingkan di sini hanya untuk menunjuk bahwa Ataili ada di Kabupaten Lembata. Penekanan pembangunan pada blog ini tidak pada Lembata tetapi pada Ataili.  Tetapi sangatlah penting untuk kata Lembata disandingkan karena justru pembangunan desa Ataili juga bagian dari pembangunan Kabupaten Lembata.  Ataili mejadi maju maka dengan sendirinya Lembata akan maju.

Mengingat semua pengertian di atas maka blogger Ataili, Lembata  menggedor orang Ataili supaya tidak ketiduran melainkan bangun dari tidurnya yang panjang.  Era globalisasi ini memacuh semangat untuk berlomba-lomba  untuk menata kehidupan yang sejahtera. Setiap saat ada perubahan dan siapa yang tidak beubah dia akan ketinggalan dalam soal perubahan ilmu dan teknologi. Akankah orang Ataili bersaing dengan arus globalisasi?

ORANG ATAILI


Menurut "Orang Ataili", menyebut "orang Ataili" adalah tautologi. Meskipun tautologi tetap disebut "orang Ataili" karena orang di luar penduduk asli Ataili tidak mengerti arti kata Ataili. Kata "Ata" artinya orang dan  "ili" artinya: gunung. Jadi mengatakan  "orang Ataili" adalah pemborosan kata. Kami tetap mengatakan "Orang Ataili" untuk mempermudah pembaca di luar penduduk asli Ataili. 

Jadi Ataili artinya "orang gunung". Menyebut Orang Gunung indentik dengan keterbelakangan, jarang pergi kota. Nenek moyang kami memang tinggal di gunung. Alasannya, gunung menjadi tempat persembunyian pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Pada Zaman penjajahan Belanda kita kenal adanya "politik de vide et impera" artinya memecahbelakan persatuan mereka sehingga mudah dikuasai. Penjajah Belanda menerapkan politik itu di wilayah pantai selatan Lembata dengan mengadu domba penduduk asli. Mereka mengadu domba antara "Paji" dan "Demong". Orang Ataili termasuk dalam kelompok Demong. Banyak orang menjadi korban perang antara Paji dan Demong. Orang Ataili lari ke gunung dan tinggal di sana juga karena menghindar perang suku ini. 
Pada Zaman Kemerdekaan setelah tahun 1945,  orang Ataili mulai turun gunung dan membuat kampung baru dengan nama "Onga Lere". Nama ini tidak dipakai lagi melainkan mereka mempertahankan nama asli "Ataili". Persoalannya: Apakah dengan turun gunung orang Ataili menikmati kemajuan? Banyak  orang menganggap bahwa keindahan dan kemajuan tercapai ketika orang berada di puncak gunung. Kitab Injil membenarkan bahwa tiga orang rasul bahagia ketika mereka melihat penampakan Mulia Tuhan Yesus. Mereka bahagia dan tidak mau turun gunung malahan  mereka ingin membuat kemah dan tinggal di sana. Orang Ataili malahan tidak betah tinggal di atas gunung. Kampung paling terbelakang dari kemajuan-kemajuan dunia. Keterbelakangan ini tentunya tidak tersentuh oleh pembangunan pemerintah. 
Sudut pandang "orang gunung" identik dengan keterbelakangan, orang udik apakah masih layak disandang orang Ataili?  Bagaimana suka duka membangun kampung sendiri sampai saat ini? Semuanya  akan dibahas pada postingan berikutnya. Saya tetap mencintai kampung saya  "ATAILI"