Bota Bujak

Bota Bujak
Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).

May 12, 2013

“ALAPSA” KONSEP TUHAN MENURUT ORANG ATAILI


Semua agama besar di dunia muncul di Asia kemudian dibawah ke Eropah dan berkembang di sana. Asia merupakan gudang tempat persemaian religiositas rakyat. Hampir semua daerah memiliki konsep tentang Tuhan. Sederhana, tidak ilmiah tetapi mereka memiliki konsep ini sesuai tingkat pengetahuannya sebelum agama- agama besar muncul dipermukaan bumi ini. Mereka tidak belajar teologi (ilmu tentang Tuhan) tetapi mereka memiliki konsep tentang Tuhan.  Kalimantan Barat mengenal  dengan beberpa nama seperti: Jubata, Tompa, Ake Penompa, dll.
Orang Ataili mengenal Tuhan dengan nama “Lera Wulan Tanah Ekan” Nama ini dikenal seluruh masyarakat Flores Timur termasuk Solor ,Adonara dan Lembata. Saya memunculkan nama baru yaitu “ALAPSA”. Kata ini seringkali keluar dari mulut orang Ataili yaitu “ALAPSA”. Kata alapsa artinya Saya adalah milik dari Yang Maha Kuasa (Tuhan). Kata alapsa adalah kata ganti orang pertama untuk “TUHAN”. Misalnya: Tite mesti peten no alapsa: artinya kita harus ingat dengan yang Mahakuasa yang telah menciptakan kita. Alapsa dalam konteks kalimat di atas adalah Tuhan. Mo mai sekolah  doa-doa atau mo mlaratu doa-doa ara mo mesti peten no alapsa. Artinya engkau pergi sekolah jauh-jauh atau merantau jauh-jauh tetapi kamu harus ingat dengan Tuhan, berdoa kepada Tuhan. Kata alapsa dalam konteks kalimat di atas adalah “Tuhan”.
Jadi “APALSA” menurut orang Ataili adalah Tuhan.
Kata alapsa memiliki arti yang lebih mendalam dari hanya sekedar Tuhan. Bahwa Tuhan yang dimaksud adalah “sumber, asal dan tujuan hidup manusia”. Menyebut Alapsa langsung orang Ataili tersentuh hatinya. Pikiran mereka akan tersentuh bahwa “alapsa” adalah orang yang menciptakan saya, memelihara saya, memberi rejeki kepada saya,menciptakan segala sesuatu di bumi ini maka patutlah saya bersyukur dan memuji Dia. Ini adalah konsep Tuhan menurut Orang Ataili. Kata Alapsa dipakai sampai sekarang. Menyebut alapsa seolah-olah lebih tinggi nilai rasa dari pada menyebut Tuhan dalam bahasa Indonesia.
Teologi Alapsa bukan  menciptakan Tuhan yang baru melainkan Tuhan yang sama dengan nama berbeda dalam bahasa daerah. Siapapun orang Ataili bisa mengembangankan lebih lanjut mengenai “Teologi Alapsa”. Semua teologi harus kontekstual sehingga mudah dipahami  semua orang sesuai dengan budayanya.

2 comments:

  1. "Kata alapsa memiliki arti yang lebih mendalam dari hanya sekedar Tuhan." ama, apakah pernyataan ini tidak berlebihan ? Alapsa dalam arti kata sama dengan pemilik sesungguhnya. Tuhan juga pemilik atas apa yang diciptakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar bahwa itu berlebihan. Pertama, soal nilai rasa kedekatan, "Alapsa" jahu lebih terasa. Kedua, Tuhan tidak menunjuk langsung kepemilikan sedangkan "Alapsa" nyata menunjuk langsung asal dan tujuan akhir hidup manusia. Menyebut Tuhan sama dengan Lera wulan tana ekan. Apa arti semuanya itu? Memang sulit dijelaskan. Orang Ataili lebih menggunakan Alapsa yang merujuk pada Tuhan.

      Delete