Bota Bujak

Bota Bujak
Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).

May 13, 2013

‘ELUT” WARISAN PALING BERHARGA DALAM TRADISI ORANG ATAILI


Elut sama dengan Batu asa. Batu alam yang gunakan untuk mengasa parang. Elut adalah jenis batu asa yang tidak dijual di pasar swalayan. Benda yang namanya elut adalah wariskan turun temurun. Elut sangat penting dalam dunia pertanian di Ataili. Menurut tradisi, orang yang tidak memiliki elut adalah orang pemalas pemokol.  Elut bagus, parang tajam, kerja semangat, banyak dapat padi dan jagung. Ya itulah namanya tradisi. Sekarang mungkin elut kurang berfungsi karena banyak orang  menjadi pegawai negeri. Mereka  kurang memperhatikan pentingnya elut. Kata orang tua, mereka yang mendapat titel pegawai negeri, bulpoint mejadi elutnya. Bulpoint selalu ada di dalam sakunya sebagai pengganti elut. Bulpoint bisa disebut elut tetapi bukan elut yang sesungguhya karena jabatan itu tak bisa diwariskan.
Ada arti kiasan yang mendalam dalam bahasa daerah Ataili: “ake ama no elut”…Ini mau megatakan bahwa saya tidak akan mempertahankan sebuah jabatan karena bukan elut warisan nenek moyang. Memang jabatan apapun di bumi ini  bukan sebuah warisan. Misalnya seorang ketua RT tak bisa mewariskan jabatan itu  kepada anaknya karena jabatan ketua RT bukan elut yang bisa diwariskan.
Elut memiliki nilai sacral dan magis. Jika warisan elut berasal dari orang tua, nenek moyang yang rajin bekerja, maka anak-anaknya berebut memiliki elut tersebut. Elut akan membawa rejeki yang banyak pada orang yang mewarisinya. Jenis elut ini akan disimpan dengan baik, berusaha agar tidak hilang, menggunakan dengan hati-hati agar elut tidak pecah. Sampai sekarang masih ada banyak elut kuno yang diwariskan turun temurun. Elut-elut ini memiliki nilai sacral. Setiap tahun ada upacara makan jagung, elut-elut itu diperciki dengan darah ayam. Maksudnya supaya elut-elut itu tetap memiliki daya magis. Tahun berikutnya, panen berhasil, banyak padi dan jagung. Jika anda ingin melihat elut-elut ini datang saja ke Ataili, Lembata, Indonesia.


No comments:

Post a Comment