Elut sama dengan Batu asa. Batu alam yang gunakan untuk mengasa parang. Elut adalah
jenis batu asa yang tidak dijual di pasar swalayan. Benda yang namanya elut
adalah wariskan turun temurun. Elut sangat penting dalam dunia pertanian di
Ataili. Menurut tradisi, orang yang tidak memiliki elut adalah orang pemalas
pemokol. Elut bagus, parang tajam, kerja
semangat, banyak dapat padi dan jagung. Ya itulah namanya tradisi. Sekarang
mungkin elut kurang berfungsi karena banyak orang menjadi pegawai negeri. Mereka kurang memperhatikan pentingnya elut. Kata
orang tua, mereka yang mendapat titel pegawai negeri, bulpoint mejadi elutnya.
Bulpoint selalu ada di dalam sakunya sebagai pengganti elut. Bulpoint bisa
disebut elut tetapi bukan elut yang sesungguhya karena jabatan itu tak bisa diwariskan.
Ada
arti kiasan yang mendalam dalam bahasa daerah Ataili: “ake ama no elut”…Ini mau
megatakan bahwa saya tidak akan mempertahankan sebuah jabatan karena bukan elut
warisan nenek moyang. Memang jabatan apapun di bumi ini bukan sebuah warisan. Misalnya seorang ketua
RT tak bisa mewariskan jabatan itu
kepada anaknya karena jabatan ketua RT bukan elut yang bisa diwariskan.
Elut
memiliki nilai sacral dan magis. Jika warisan elut berasal dari orang tua,
nenek moyang yang rajin bekerja, maka anak-anaknya berebut memiliki elut
tersebut. Elut akan membawa rejeki yang banyak pada orang yang mewarisinya. Jenis
elut ini akan disimpan dengan baik, berusaha agar tidak hilang, menggunakan
dengan hati-hati agar elut tidak pecah. Sampai sekarang masih ada banyak elut
kuno yang diwariskan turun temurun. Elut-elut ini memiliki nilai sacral. Setiap
tahun ada upacara makan jagung, elut-elut itu diperciki dengan darah ayam.
Maksudnya supaya elut-elut itu tetap memiliki daya magis. Tahun berikutnya,
panen berhasil, banyak padi dan jagung. Jika anda ingin melihat elut-elut ini datang
saja ke Ataili, Lembata, Indonesia.
No comments:
Post a Comment