Kami orang Ataili tinggal di kampung. Sesekali pergi ke Lewoleba, kota
kabupaten Lembata. Orang Kampung kalo pergi ke pasar bawah uang pas-pasan
sementara harga barang tidak ada yang
murah. Belanja sehelai baju saja berjam-jam. Hampir semua toko dikunjungi. Ada
maksudnya yakni membandingkan harga baju pada semua toko dan dia akan kembali dan memilih
harga yang murah dengan catatan kwalitasnyapun murah. Pakai sebulan udah Hancur.
Prinsip ini ada sejak dulu sampai sekarang. Orang enggan membeli barang mahal
padahal itu berkwalitas bagus.
Konsep ini terbawa-bawa sampai pada konsep pembangunan. Pemerintah Kabupaten
Lembata terlalu minimalis membangun tata kota Lewoleba dengan maksud penghematan.
Padahal penghematan dengan maksud sisa uang pembangunan bisa masuk kocek. Bangunan apa saja yang menjadi fasilitas umum diharapkan
cepat rusak menunggu proyek perbaikan. Ini adalah strategi pembangunan
minimalis untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya.
Kota Kabupaten Lembata terlihat minimalis bila dibandingkan dengan
kota-kota kabupaten lainnya yang sudah maju. Jika ada jata pembangunan
berkwalitas mengapa tidak dibuat? Prinsip pembangunan minimalis harus ditepis
jauh-jauh. Rombaklah pola pembangunan berkwalitas. Prinsip orang kampung jangan
terbawa-bawah sampai pada pembangunan kabupaten. Orang Kampung tidak punya uang
maka tak heran ia mencari harga murah. Kami berharap jangan sampai proyek pembangunan
di Lembata dilelang murah. Lalu akhirnya
kabupaten Lembata jadi murahan....
No comments:
Post a Comment