Orang Ataili, di Lembata,
memiliki budaya “Giling”. Giling
yang dimaksudkan
adalah pertama, tempat Siri Pinang diperuntukkan kaum perempuan dan yang
kedua, adalah tempat koli tembakau diperuntukkan kaum laki-laki. Tempat
yang berbeda dengan nama yang sama yakni “Giling”. Giling memiliki arti budaya
dan adat istiadat yang sangat vital. Persaudaraan, keakraban akan terjalin
dengan baik bermula dari “GILING”. Anda akan menemukan sahabat baru
berawal dari “giling”. Giling anda terbuka untuk orang lain maka anda akan
dihargai dan dihormati orang lain. Jika
Giling anda tertutup maka hidup anda
akan tertutup dengan orang lain. Ini adalah budaya, warisan nenek moyang orang
Ataili. Menurut kebiasaan orang Ataili, siapapun yang lewat akan disapa dengan sopan
dalam bahasa daerah “mene ma ga mo malu lolo si artinya Mari makan siri dulu”. Sapaan dari kaum perempuan dan “mene ma golo mo tebako tu” artinya: mari isap dulu
sebatang roko koli” sapaan halus dari seorang laki-laki. Apakah nanti ada minum
tuak, dan makan-makan, itu soal lain tetapi ini adalah sapaan awal dengan membuka giling. Giling memberi arti sebuah persahbatan yang sejati.
Giling
memiliki arti adat istiadat yang luas. Pertama, jika seorang laki-laki melamar
seorang gadis maka dalam adat orang Ataili, dimulai dengan “pawa Malu”.
Keluarga besar kedua belah pihak membuka acara perkenalan yang ditandai dengan membuka giling. Mereka saling memberi siri pinang dan koli tembakau. Giling
menjadi sangat penting dalam adat perkawinan. Kedua, dalam adat perkawinan,
laki-laki harus mengisi giling ibu dari perempuan yang hendak dinikahi dengan uang yang telah ditentukan. Ini
adalah kewajiban dari pihak laki-laki sebagai pengganti air susu mama. Sekali lagi “giling”
memiliki arti dan nilai yang sangat besar. Begitulah “giling” dalam tradisi, adat
istiadat orang Ataili…..
No comments:
Post a Comment