Tak terhitung lagi berapa uang negara yang telah rahib oleh para
koruptor bangsa ini. Hampir tiap minggu KPK menahan dan menjerat para koruptor.
Tanpa malu-malu mereka memakai pakaian tahanan KPK. Santai menjawab pertanyaan wartawan padahal mereka
adalah predator uang negara. Yang ditahan hanyalah koruptor kelas wahid belum
lagi kelas rendah yang menjamur di berbagai daerah di Indonesia. Propinsi dan
kabupaten di mana daerahnya
dikategorikan termiskin justru di
sanalah sarang terbesar para koruptor. Kebanyakan mereka adalah pejabat negara
mengambil kesempatan untuk mencuri uang negara sebanyak-banyaknya. Mereka
memperkaya diri dengan memiskinkan negara. Ini adalah predator bangsa.
Pergilah ke daerah terpencil, di sana anda akan menemukan masyarakat
miskin. Mereka hidup di bawah standar hidup yang layak. Mereka tinggal di gubuk
bambu dalam bahasa ataili di sebut rumah kneka sementara pejabat menumpuk uang
sampai tujuh turunan. Betapa sulitnya mencari uang Rp. 10.000.- tetapi itu
harus dicari hanya karena membayar pajak. Mereka hanya menghandalkan stok
makanan hasil ladang yang tak menentu. Sebagian hasil ladang dijual untuk
membayar pajak. Saya tahu di lumbung mereka hanya sedikit jagung kering, dan
beberapa karung padi yang belum dibersihkan. Akhir tahun mereka mendapat 10 kg
beras raskin sesuai dengan jata dari pemerintah. Itupun kebanyakan dislundupkan
oleh pejabat-pejabat kemudian dijual lagi dengan harga yang lebih mahal.
Mencuri jata orang miskin adalah dosa yang paling menyakitkan jika
suara hati masih dalam keadaan murni. Kami masyarakat kecil tahu bahwa
bapa-bapak pejabat bekerja keras. Siapa yang bekerja patut mendapat upah yang
layak. Tetapi janganlah mengambil
terlalu banyak jata pembangunan masyarakat. Ingatlah bahwa anda ada karena masyarakat
ada. Anda diambil dari tengah masyarakat
karena masyarkat jugalah yang memilih
anda. Anda tahu betapa menderitanya masyarakat kecil tetapi anda menutup mata
dengan masyarakat. Jika anda terus menerus melakukan korupsi maka anda telah
membunuh bangsa ini. Anda adalah predator bangsa.
No comments:
Post a Comment