Saya tahu karena pernah bekerja membantu orang tua bekerja di ladang.
Orang di kampung memakai sistem ladang berpindah-pindah. Di Ataili, kampung
saya, mereka membedakan atas dua jenis lahan. Pertama “eka ilin” artinya ladang
di gunung dengan catatan sedikit curah hujan bisa berhasil karena menghandalkan
embun dan kedua, “eka gerok” lahan kering semata-mata menghandalkan hujan
karena cuaca sangat panas. Eka ilin cepat berbuah, eka gerok lambat berbuah.
Sulit ditebak mana berhasil bergantung curah hujan dan hama, angin ribut yang bisa
membuat gagal panen. Oleh karena itu,
setiap keluarga paling tidak memiliki dua ladang yakni “eka gerok dan eka
ilin”.
Caranya sama, sudah menjadi warisan turun temurun. Pertama, menebas dan
menebang. Ini adalah pekerjaan berat
apalagi membuka hutan lebat. Tiap hari bekerja tanpa membedakan panas dan
dingin. Selesai menebas barulah ada musim membakar ladang. Setelah membakar mereka
membuat pematang dalam bahasa daerah Ataili “padak bliko”. Semua orang pulang dari ladang dengan
badannya penuh arang dan hampir tidak dikenal orangnya. Memang lucu tetapi
itulah pekerjaan. Jika ada hujan barulah mereka menanam. Setelah itu ada sedikit
waktu jedah menunggu musim merumput. Diperkirakan 2 atau tiga kali merumput
ladang sampai ada hasilnya. Ada dua kemungkinan gagal panen atau panen
berhasil. Jika berhasil mereka akan senang pergi ke ladang memanen hasil
pertanian.
Masyarakat bekerja keras menunggu setahun barulah bisa menikmati hasil
pekerjaan. Mereka harus membuat penghematan sehingga stok makanan mencukupi
kebutuhan keluarga dalam satu tahun ke depan. Sementara itu mereka mulai
bekerja lagi mempersiapak lahan untuk tahun berikutnya.
Apa yang terjadi selama ini adalah gagal panen sehingga stok makanan
selalu kurang. Mereka harus mencari pekerjaan tambahan di luar dalam bahasa
daerah ataili “poi doi”.
Pemerintah daerah Lembata seharusnya tahu kesulitan masyarakat di
pedesaan tetapi membuat diri seolah-olah tidak tahu. Berita gagal panen di
Lembata senantiasa mewarnai koran-orang dan pemerintah menutup mata. Belum lagi
berita busung lapar. Sungguh sangat menyedihkan. Pemerintah harus sedikit pandai
membaca peluang usaha di Lembata sebagai alternatif lain buat pendapatan
masyarakat setempat. Kebayakan hanya bagi-bagi proyek yang tidak jelas
sementara masyarakat tidak menikmati sedikitpun hasil dari proyek2 prematur
seperti Wakatobi.
LAYANAN PEMBIAYAAN LE-MERIDIA. perusahaan pinjaman yang memberi saya pinjaman 5.000.000,00 USD Ketika investor pinjaman lain mengabaikan tawaran saya, tetapi Le_Meridian Funding Service memberi saya pinjaman yang berhasil. Mereka langsung terlibat dalam pembiayaan pinjaman dan proyek dalam hal investasi. mereka memberikan solusi pembiayaan untuk perusahaan dan individu yang mencari akses ke dana pasar modal, mereka dapat membantu Anda mendanai proyek Anda atau memperluas bisnis Anda .. Email Kontak :::: lfdsloans@lemeridianfds.com Juga lfdsloans@outlook.com atau Tulis di nomor whatsapp pada 1- (989-394-3740) Good Intend,
ReplyDelete