Kata “seringa lima” artinya tangan terbuka ke atas. Menurut tradisi
orang Ataili “seringa lima” memiliki arti kiasan yakni orang tua memberi berkat
kepada anaknya. Sedangkan"klogep lima” tangan tertutup ke bawah yang berarti
memberi kutuk kepada anak. Kata “seringa lima dan klogep lima” merupakan pesan
terakhir orang tua kepada anak-anaknya sebelum ia meninggal dunia.
Dalam tradisi orang Ataili, anak-anak berkewajiban mengabdi kepada
orang tua. Mereka wajib memelihara dan memberi makan kepada orang tua ketika
mereka tidak mampu mencari nafkah. Orang tua tahu bahwa selama hidupnya siapa
dari anaknya-anaknya mengabdi dan tidak mengabdi orang tuannya. Karena itu,
sebelum meninggal dunia, ia akan mengumpulkan anak-anaknya dan memberi berkat
atau kutuk kepada masing-masing anak.
Percaya atau tidak ini adalah sebuah tradisi yang telah menjadi
kenyataan dalam hidup. Jika anak yang mendapat berkat “seringa lima” apapun
usahanya selalu berhasil. Rejeki mengalir meskipun usahanya kecil. Semuanya ini
atas berkat dari orang tua. Berbeda dengan anak yang mendapat kutuk “klogep
lima” maka apapun usahanya akan selalu gagal.
Meskipun ia seorang pegawai negeri sipil tetapi jika orang tuanya klogep
lima maka rejeki tidak bertahan. Mereka akan selalu mengalami kekurangan. Ini
adalah tradisi nenek moyang yang tak bisa diangpa sepele. Orang tua adalah
sumber berkat dan sumber kutuk, maka orang tua jangan dipermainkan.
Dalam kitab Perjanjian Lama kita kenal berkat Ishak kepada Yakob dan
Esau. Esau yang sesungguhnya mendapat berkat tetapi kemudian Yakob
mendapatkannya berkat bantuan ibunya. Banyak orang tidak menghargai orang tuanya
lagi bahkan menyangkal orang tuanya sendiri padahal dari sanalah terdapat sumber rejeki. Perintah
Tuhan sangat jelas “HORMATILAH IBU BAPAMU”.
Siapapun menghormati orang tua akan mendapat berkat “seringa lima” dan
sebaliknya siapa yang tidak menghormati orang tua akan menuai kutukan “klogep
lima”.
No comments:
Post a Comment