Hilangnya ibu Maria Yosefin Olin adalah sebuah momentum sejarah yang
tak akan terlewati tanpa sebuah refleksi iman. Peristiwa—peristiwa ajaib yang
sulit dicerna oleh akal sehat manusia menggiring manusia pada orientasi
supranatural. Hampir semua dukun didatangkan untuk mencari ibu Maria Yosefin.
Hasilnya tetap abu-abu bahkan semua dukun kembali ke tempatnya masing-masing.
Masyarakat seolah-olah angkat tangan dan berpasrah. Tuhan adalah jawaban final
ketika manusia tidak berdaya. Saya menghubungi ketua Kelompok Santa Anna dan
Santa Maria di kampung Ataili. Mengajak mereka untuk novena kepada Bunda Maria,
memohon bantuan agar Ibu Yosefin bisa ditemukan kembali. Mereka menjawab kami
telah berkumpul dan berdoa tetapi saya katakan, kita harus mengadakan novena
kepada Bunda Maria. Novena berjalan seperti biasanya dan pada novena hari
kelima Ibu Maria Yosefin ditemukan kembali. Ia sendiri bejalan menuju kampung
Ataili dan bertemu dengan seorang bapak yang hendak ke kebun. Novena harus
diteruskan sampai hari ke 9 meskipun ibu Maria Yosefin yang hilang ditemukan
kembali. Memang sulit untuk menemukan kunci jawaban sesungguhnya dalam hidup
iman seseorang. Di tengah arus globalisasi pasar bebas, cara hidup sekular yang
meramba hingga ke desa-desa adalah virus-virus yang sedang menggerogoti hidup
iman kita. Paus Emeritus Benediktus XVI telah mendeteksi semua virus tersebut
sehingga beliau mengeluarkan Surat Apostolik Porta Fidei dan membuka tahun 2013
sebagai Tahun Iman. Tuhan adalah jawaban final, melampau supernatural. Ia ada
sebelum adanya waktu, mengatasi segala yang ada.
Bota Bujak

Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).
June 28, 2013
“SUSAH TUDAK” SALIBNYA ORANG LAMAHOLOT
Kebahagiaan sukar dicari tetapi penderitaan selalu ada bersama dengan
kita. Yesus berkata, "jika anda mau menjadi murid saya, anda harus memikul
Salib setiap hari. Ini adalah
konsekuensi pemuridan Kristus. Semua orang pasti mengejar kebahagiaan, tetapi
seberapa lama kebahagian itu akan bertahan? Memang sulit diprediksi. Harold S.
Kushner menulis bukanya “Derita, Kutuk atau Rahmat” adalah sebuah refleksi
pergumulan penderitaan dan imannya menambahkan buku ini dalam deretan best seller. Hari ini anda beruntung membeli
sepeda motor dengan cicilan Rp. 400.000,-sebulan tetapi betapa sukarnya anda harus
bekerja keras untuk selalu mendapatkan uang sebanyak Rp. 400.000,- sebulan untuk membayar cicilan tersebut.
Hari ini anda bisa bahagia bersenang-senang dengan teman-teman di pasar, minum
tuak sampai mabuk seolah-olah dunia adalah milik anda tetapi setelah pulang ke
rumah anda langsung dimarahi istri karena uang sayur dan ikan tak ada lagi. Hari
Minggu anda tidak ke gereja tetapi ngojek karena bayaran mahal tetapi setelah
pulang dari dari tempat ojek anda jatuh dari sepeda motor sehingga biaya rumah sakit dan pebaikan motor melampau hasil ojek pada hari
itu. Ada banyak orang menderita tetapi belum tentu ia tidak bahagia. Kebahagian
tidak bisa diukur menurut pandangan mata kita. Selama 2 tahun saya berjumpa dan
bergaul dangan para Pemulung. Mereka hidup di bawah tenda-tenda terbuat dari
kardus, makan seadanya. Mereka senang dengan pekerjaan itu. Selalu ada rejeki
setiap hari meskipun sulit diprediksi. Tidak seperti seorang pegawai Bank, akhir bulan ia tahu berapa banyak gaji saya.
Siapakah yang paling bahagia? Pemulung atau pegawai Bank.
Orang yang mengalami penderitaan berani dan pandai berbicara mengenai
penderitaan. Saya, seorang imam Pasionis belajar tentang spiritualitas penderitaan
dan
saya belum tentu berbicara sesuatu yang benar mengenai penderitaan. Jika
saya belum mengalami penderitaan
kemudian berbicara tentang penderitaan manusia
zaman ini, maka saya hanya gong dan
canang yang gemerincing.
Berteriak tentang keadilan, penderitaan, kemiskinan tanpa ada
pengalaman akan terasa hambar. Saya bisa katakan, jalan dari Lewoleba ke Wulandoni jelek tetapi saya tidak
pernah melewati jalan itu, hanya mendengar cerita orang. Apa yang saya katakan
adalah kebohongan besar karena tak punya
pengalaman mengenai jeleknya jalan itu. Orang yang berbicara sesuai dengan
pengalaman akan diperhitungkan sebagai suatu kebenaran tetapi bukan kebenaran mutlak.
SUSAH TUDAK
“Susah Tudak” artinya orang yang sedang dalam keadaan sedih, duka, derita,
sampai tak ada jalan keluar untuk mengatasinya. Ini adalah kesusahan permanen.
Harapan satu-satunya adalah Tuhan. Orang
yang hidupnya menghandalkan Tuhan dipuji oleh Yesus karena merekalah yang
memiliki Kerajaan Surga. Masyarakat Ataili khususnya dan umumnya masyarakat
Lembata-Flores Timur senantiasa mengalami “susah tudak”. Penderitaan adalah
bagian hidup mereka. Situasi ekonomi, geografis menjadikan mereka harus
bertahan dalam penderitaan. Mereka adalah orang beriman, hanya menghandalkan
Tuhan sebagai jawaban atas hidup mereka. Prosesi Bunda Maria, “Tuan Ma” setiap
hari Raya Jumat Agung di Larantuka adalah sebuah gambaran prosesi penderitaan
masyarakat. Refleksi penderitaan selama setahun penuh diluapkan dalam sebuah
prosesi “susah tudak” bersama dengan Bunda Maria.
Sebagai orang beriman dan sebagai manusia modern zaman ini hendaknya
menjadikan prosesi “susah tudak” sebagai momentum untuk bangkit dari
keterpurukan. Jika kita hanya bertahan pada prosesi “susah tudak” maka kita
belum bangkit dari keterpurukan itu. Telogi Salib hanya bertahan pada
posisinya dan tidak diteruskan pada Teologi Gloria maka sia-sialah iman kita.
Para pemimpin daerah Lembata-Flores Timur harus menyadari bahwa
masyarakatnya selama ini berziarah dalam sebuah prosesi “susah tudak”. Susah tudak karena tak ada padi dan jagung di lumbung, susah tudak
karena tak ada biaya anak sekolah, susah tudak karena atap rumah semakin bocor,
susah tudak karena gagal panen. Kabupaten Lembata belum bangkit seutuhnya. Kita
masih bertahan pada prosesi susah tudak. Hendaknya pemerintah daerah berusaha
bergerak dari prosesi “susah tudak” menuju prosesi “tutu geka”. Orang tertawa
dan tersenyum memandang anak-anaknya sebagai karunia yang berharga dan bukan
menjadi beban,susah tudak. Hendaknya pemerintah daerah memandang masyarakatnya
sebagai berkat dan bukan konsekuensi beban, susah tudak sebuah jabatan.
June 27, 2013
MERANTAU
Merantau dalam bahasa daerah Ataili “melarat”. Kata melarat dalam
bahasa Indonesia terkesan negatif yakni orang yang melarat. Saya tidak
tahu mengapa orang Ataili mengartikan kata merantau sama dengan melarat. Misalnya: “Go kai melaratga” artinya saya pergi
merantau. Go kai melaratga lau Malaysia artinya saya pergi merantau ke
Malaysia. Orang Ataili tidak segan-segan memakai kata melarat karena bagi
mereka kata ini mengandung arti positip yakni merantau, dapat uang untuk membangun hidup yang
lebih baik. Jadi kata melarat tidak sama dengan orang yang hidupnya melarat,
sengsara.
Merantau adalah kebiasaan orang Lembata
khususnya dan orang NTT pada umumnya. Pertama adalah soal gagal panen. Kedua, lapangan pekerjaan hampir tidak ada,
paling-paling mereka yang bertahan
adalah pegawai Negeri Sipil (PNS). Selebihnya masyarakat lebih senang merantau
ke Malaysia.
Bapak saya dan adik saya pernah merantau ke Malaysia Barat (Johor
Baru). Mungkin ini adalah pengalaman terburuk dalam hidup mereka. Mereka merantau ke Malaysia tanpa ada sura ijin lengkap. Hidup di Johor sepertinya
dikejar-kejar. Jika ada polisi lewat,
mereka harus lari bersembunyi ke semak-semak. Malam hari tak bisa tidur nyenyak
karena sewaktu-waktu Polis datang menggelada tempat penginapan. Begitulah suka
duka hidup bagi mereka yang tidak memiliki surat ijin resmi.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur membuat praturan baru untuk melindungi
tenaga kerjanya di Malaysia. Ini adalah hal yang sangat bagus dan menjadi
sebuah langkah yang lebih maju di Kabupaten Flotim. Saya kira Pemda Lembata juga membuat peraturan daerahnya untuk melindungi tenaga kerja asal Lembata di
Malaysia. Kita tak bisa membatasi siapapun yang akan merantau ke Malaysia.
Memang di sana para perantau bekerja dengan baik untuk memperbaiki ekonomi
keluarga. Selain itu, mereka adalah asset bangsa.
Jika anda ke Yordania maka anda akan menemukan negara yang kering
kerontang. Tiga perempat penduduk Yordania menjadi tenaga kerja di luar negeri.
Asset pajak tenaga kerja di luar negeri di pakai untuk membangun negara
Yordania. Kota Amman indah, jalan-jalan mulus.
Negara kita belum melirik TKI
sebagai asset bangsa....atau......ke mana larinya asset itu ya....
June 26, 2013
REKONSILIASI DALAM TRADISI ORANG ATAILI
Makan bersama adalah bentuk rekonsiliasi yang paling bagus. Seringkali Yesus menggunakan cara ini yakni makan bersama.
Kita tahu bahwa Yesus makan bersama dengan Zakheus sang pemungut cukai. Zakheus bertobat hanya karena Yesus datang ke
rumahnya dan makan bersama.
Salah satu bentuk rekonsiliasi dalam tradisi orang Ataili adalah makan
bersama, dalam bahasa daerah “mupula tite kluosa we ta polasaka” artinya
satukan semua makanan dan mari kita makan bersama. Semua anggota keluarga yang
berseteru hadir dan makan bersama. Semuanya dihitung jangan sampai ada yang
terlewati. Masing-masing mempunyai senduk. Jika ada anggota keluarga berada di
tempat yang jauh juga dihitung dan pasang senduknya. Semua makan pada satu tempat
dalam bahasa daerah “skaler”. Tidak memakai piring masing-masing dan makan
harus cepat-cepat dan paling bagus kalau saling berebut dalam satu skaler.
Cara makan cepat-cepat mengingatkan kita pada Paska orang Yahudi ketika
mereka makan bersama sebelum keluar dari tanah perbudakan di Mesir karena
sebentar lagi Malaikat Maut akan Lewat.
Dalam tradisi orang Ataili ada seorang mediator berbicara sebelum
makan. Dia akan berbicara mengenai persoalan yang terjadi di antara kita. Jika
ada masalah di antara kita sekarang saatnya kita berdamai dalam bahasa daerah “apuj
nusesa wewasa” artinya bersihkan mulut dan lida kita jika kita telah berbuat
jahat terhadap orang lain. Berjanji agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang
sama. Konsekuensi pelanggaran lebih besar hukumannya. Hukuman bukan membayar
adat berupa uang melainkan tanggung jawab moral dalam hidupnya sendiri.
Biasanya orang yang melanggar, hidupnya akan selalu menderita. Ini adalah
kutukan secara alami dalam tradisi turun temurun. Dia sendiri menghukum
dirinya.
Tradisi ini tetap terpeliara dengan baik sejak nenek moyang orang
Ataili hingga sekarang.
June 21, 2013
IBU MARIA YOSEFIN OLIN HILANG, ANTARA DUKA DAN HARAPAN
Kira-kira tiga bulan lamanya ibu Yosefin Olin asal Timor tinggal di
Ataili. Tiga belas hari yang lalu ia menghilang dari kampung Ataili. Tidak
diketahui dengan jelas ke mana ia pergi. Pagi-pagi buta ia keluar dari rumah
membawa 2 sarung, satu tempat siri pinang dan di dalamnya tersimpan juga KTP.
Ibu Yosefin tidak pandai berbahasa Indonesia. Kebanyakan ia hanya
mengangguk-angguk tanda setuju. Belum lama ia datang dari Timor bersama dengan
calon suaminya Laurensius Masan asli orang Ataili. Kedua kakek dan nenek ini
berencana menikah di usia lanjut. Di luar dugaan akal sehat manusia, ibu
Yosefin meninggalkan kampung Ataili tanpa ada pemberitahuan.
Usaha pencarian hingga saat ini belum membuahkan hasil. Kabar baik
datang dari Maurole Ende bahwa ditemukan satu orang yang tersesat asal daerah
Kecamatan Wulandoni dengan harapan besar bahwa orang yang tersesat itu adalah
ibu Yosefin Olin, setelah di konfirmasi lebih jelas ternyata orang lain.
Harapan itu sirna dan hanyut dalam duka. Perjuangan demi perjuangan usaha
pencarian sampai mendatangkan dukun dari berbagai daerah juga tetap abu-abu.
Ada satu hal yang menarik perhatian saya adalah bahwa menurut pengakuan
dukun dari Timor dan 2 orang dukun yang
terkenal di Lembata mempunyai kesimpulan yang sama yaitu ibu Yosefin
disembuyikan makluk tak dikenal dalam
batu Besar di Lodosa Bala (sebuah bukit batu besar). Menurut ketiga dukun itu
yang tidak pernah saling bertemu memiliki penglihatan yang sama. Apakah
kesimpulan para dukun ini benar? Ini harus diuji dalam perjalanan waktu. Berkali-kali
saya menghimbau masyarakat Ataili untuk berdoa kepada Bunda Maria. Ibu Yosefin
Olin menghilang tanpa jejak ditengah maraknya pro kontra penerimaan patung batu
Bunda Maria dan lokasi penempatan patung batu Bunda Maria. Patung Maria memang terbuat dari batu alam
asli dan anehnya bahwa pro dan kontra yang luar biasa antar masyarakat Ataili.
Hilangnya ibu Yosefin Olin perlahan-lahan akan dilihat dari sudut pendang iman.
Saya kira masyarakat Ataili harus menarik kembali kata-kata buruk yang telah
dilontarkan kepada Bunda Maria khususnya patung batu Bunda Maria. Dalam bahasa
daerah apuj nusesa wewasa we ta plongenga lala untuk bunda Maria. Bunda Maria
dan ibu Maria Yosefin Olin mungkin akan membuka harapan baru bagi iman orang Ataili. Surat Apostolik Porta Fidei oleh Paus Emeritus Benediktus XVI dan peristiwa pro dan kontra
kehadiran bunda maria dalam bentuk patung Batu serta menghilangnya ibu Maria
Yosefin Olin akan diramu dalam sebuah peristiwa iman. Kita akan lihat bagaimana
bentuk ramuannya hal ini akan diuji dalam waktu.
Subscribe to:
Posts (Atom)