Bota Bujak

Bota Bujak
Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).

June 5, 2013

BAPAK BUPATI LEMBATA, JADILAH SEPERTI POHON TUAK


Pohon Lontar/pohon tuak adalah tanaman khas di daerah tropis seperti di Lembata. Pohon yang bisa bertahan hidup pada musim kemarau panjang.  Ketika masih kecil saya diajak bapa saya pergi iris tuak yang cukup jauh dari kampung. Saya tungguh di bawah pohon tuak. Setelah bapa mengambil air tuak, dia beri saya minum, dalam bahasa daerah Ataili di sebut “lobong” artinya minum langsung dari bambu. Tuak yang barusan diambil dari pohon memang manis. Karena manis maka setiap kali ayah saya pergi iris tuak pasti saya langsung ikut tanpa diajak.
Sekarang saya teringat akan manfaat dan jasa besar pohon tuak. Bapa saya menjual tuak, dengan tuak ia membuat arak, dapat uang dan membiayai sekolah kami. Setiap hari, pohon lontar/pohon tuak tegar berdiri menanti tuannya datang membawa pisau tajam dan mulai memotong bagian bunganya seraya mengeluarkan air tuak demi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Berpuluh-puluh tahun,  pohon tuak bertahan hidup tanpa egois memberikan air tuak kepada setiap orang. Kesetiaannya  tetap selamanya sampai ia mati, barulah manusia berhenti mengirisnya. Orang akan minum tuak sampai mabuk-mabukan. Kemudian mereka menepuk-nepuk dada sambil membanggakan dirinya padahal dia tidak sadar bahwa pohon tuaklah yang sedang mencairkan dan menghilangkan rasa stres dalam dirinya.
Tua-tua adat jangan bangga dulu, soalnya tuak akan menjadi pembuka dalam pembicaraan adat. Belum minum tuak belum bicara adat. Para tamu agung pasti diberi tuak, kalau belum beri tuak rasanya belum lengkap penyambutan tamu agung. Yang jelas, tuak memberi hidup semakin hidup.
Tidak hanya air tuak yang diambil, pucuknyapun sempat diambil untuk rokok koli.  Daunnya yang tua untuk membuat tikar, meteng, deser, dan lain-lain. Pelepanya untuk membuat tali kambing, batangnya untuk bangunan rumah.
Sekali lagi pohon lontar/pohon tuak  memberikan seluruh hidupnya untuk manusia.
Bapa Bupati yang terhormat, belajarlah pada pohon tuak. Berilah air hidup kepada Rakyat Lembata. Bertahanlah  jika orang demo, seperti pohon tuak yang setiap hari diiris-iris tetapi tetap memberikan kenikmatan kepada semua orang. Pohon tuak telah memberikan seluruh hidupnya kepada semua orang. Jika Bapak minum tuak, ingatlah bahwa saya harus seperti pohon tuak. Siap memberikan diri seutuhnya untuk rakyat Lembata. 

No comments:

Post a Comment