Bota Bujak

Bota Bujak
Ataili, kampung kecil, unik, menyimpan banyak misteri. Kekayaan warisan budaya, adat istiadat didaur ulang sehingga menjadi ramuan yang berguna demi kehidupan bersama. Ola glekat lewotana adalah kewajiban setiap anak tanah. Kritik sosial penting untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam era arus globalisasi. Tulis apa adanya, jangan menipu (bahasa lokal: akalbae).

June 7, 2013

“EWAS” DAN JARINGAN KORUPTOR


“Ewas”,  dalam bahasa daerah Ataili artinya bekas jalan orang lain. Zaman dulu, masyarakat pedesaan belum memiliki jalan bagus seperti sekarang. Hampir semua ruas jalan  penuh dengan rumput-rumput tinggi melebihi tinggi manusia. Berjalan “dori ewas artinya berjalan mengikuti jejak orang”. Akan  lebih mudah karena  telah dibuka orang lain sedangkan berjalan “melawan ewas artinya berlawanan dengan bekas orang lain”. Saya teringat ketika kami bersama teman-teman   berangkat pagi-pagi dari Ataili menuju Sekolah di Mulankera. Kami saling menunggu siapa yang akan duluan berjalan untuk membuka ewas. Dia akan berjuang melawan rumput tinggi dan konsekuensinya adalah basah kuyub karena embun pagi.  Jaringan Koruptor membuat sistem “dori ewas”, mengikuti bekas jalan orang lain.
Betapa sulitnya memberantas koruptor di Indonesia. Semakin banyak koruptor di tangkap semakin marak orang melakukan korupsi. Jaringan koruptor paling gampang adalah “dori ewas”, Jadi meskipun pejabat diganti, korupsi akan berjalan dengan mulus. Mereka tidak mungkin melawan ewas. Ada  yang mengatakan “dia yang dulu juga korupsi mengapa saya tidak”. Ini adalah prinsip dori ewas. Lalu kapan korupsi akan berakhir?  Saya pernah membaca sebuah group Facebooker dengan judul “ayo ganyang koruptor di Lembata”. Ada yang memberi komentar, Maling berteriak maling lalu siapa yang akan ditangkap?
Kita semua tahu, partai Demokrat mengklaim dirinya sebagai partai melawas ewas artinya partai yang bersih dan membersihkan para koruptor, justru Demokratlah yang   membuat sensasi besar dalam soal korupsi. Satu-satunya jalan adalah setiap pejabat mulai bergerak melawan ewas. Berat, sulit, harus menjadi korban demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Akankah tercapai? Keputusan pada nurani setiap pejabat publik di negara ini.
Melakukan perubahan global mungkin terasa berat, tetapi baiklah kita mulai bergerak pada lingkungan terkecil adalah Desa, tingkat kecamatan, Kabupaten, lingkungan dinas pariwisata, dinas pendidikan, dll......

No comments:

Post a Comment